Tuesday, January 4, 2011

Harddisk terbesar di dunia untuk Indonesia

MERESPON makin meningkatnya kemampuan personal computer (PC) belakangan ini, Western Digital (WD) meluncurkan hard drive SATA terbesar di dunia untuk Indonesia. Hard drive tersebut diklaim memiliki kapasitas penyimpanan hingga 3 TB dalam satu drive. WD sendiri merupakan pemimpin industri dalam hal kapasitas untuk hard drive SATA dengan memanfaatkan densitas areal 750 GB - per-platter dan Advanced Format (AF) technology. Tidak hanya penyimpanannya yang besar, Drive WD Caviar Green mempunyai ruang penyimpanan yang ramah lingkungan dengan WD GreenPower Technology yang dapat mengurangi konsumsi daya dengan menciptakan temperatur operasional yang lebih rendah guna menghasilkan keandalan yang lebih tinggi dan tingkat kebisingan yang lebih rendah untuk operasional yang lebih senyap.
“Hard drive WD Caviar Green 3 TB dirancang untuk Hard Disk Axioo Ikut Ramaikan Pasar Smartphone dengan Kapasitas Besar pemakaian sebagai ruang penyimpanan eksternal sekunder dan ruang penyimpanan PC generasi baru yang berbasis sistem 64 bit,”ungkap Albert Chang, Media Bussiness Development Manager Asia Pacifik Western Digital, di sela-sela peluncuran produk WD yang terbaru, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, belum lama ini. Disebutkan, drive dengan kapasitas lebih dari 2.19 TB menciptakan hambatan bagi hardware, firmware maupun software PC. Nah, agar sukses mengintegrasikan hard drive dengan kapasitas lebih besar, WD memadukan hard drive WD Caviar Green 3 TB dengan Host Bus Adapter (HBA) yang memenuhi Advanced Host Controller Interface (AHCI).
Soal kemampuan mentransfer data, Chang mengungkapkan bisa mentransfer hingga 6 Gigabit (Gb) per detik. Kemampuan ini meningkat dua kali lipat dari versi sebelumnya (versi 2.0). Harddisk dengan cache memory sebesar 64MB ini dijual pada kisaran harga Rp 3,5 juta. (esy/kps)

Sumber: Bpost

Serangan Hacker Bakal Semakin Menggila

Menurut analisis ahli keamanan teknologi informasi (TI) dari ESET yang disusun David Harley, Director Malware Intelligence di ESET serta hasil analisis para analis di Cyber Threat Analysis Center (CTAC), media jejaring sosial masih akan menjadi target utama serangan. Ini akan mengulang cerita di 2010 ketika banyak pengguna situs jejaring sosial Facebook dan situs pencari data di internet, Google, mendapat serangan bertubi-tubi. Berdasar analisis yang ada, memasuki tahun 2011 ini tren ancaman akan semakin meningkat jika dibanding 2010. Situs-situs media sosial lainnya seperti LinkedIn, Orkut dan Twitter diprediksi juga akan menjadi sasaran serangan. Begitu juga mesin pencari lain seperti Bing and Yahoo. Kemunculan Facebook tak pelak memunculkan masalah baru. Dan, masalah tersebut akan tetap ada jika upaya pembasmian threat hanya terbatas pada gejala-gejalanya saja dengan cara menyediakan menu privacy di media sosial tersebut sebagaimana diinginkan oleh penggunanya,sehingga keamanan data tetap menjadi tanggung

jawab konsumennya tetapi pembasmian tidak sampai ke ‘penyakitnya.’ Bahaya di Facebook masih ada, namun masih tersamar. Serangan terhadap perangkat bergerak akan mengalami peningkatan: brands tertentu yang melengkapi produknya dengan applikasi untuk perlindungan akan semakin rentan terhadap serangan malware tetapi yang pasti adalah serangan dari jejaring sosial palsu akan terus berlanjut. Sementara itu, belum akan ada botnet baru yang akan muncul, botnet lama masih akan berkeliaran dan meningkat selama tahun 2011. Menurut pihak Shadowserver data, volume peredaran botnet masih akan meningkat. ThreatSense.Net data menyatakan, pertumbuhan volume bot malware masih berlanjut, dimana hal tersebut menunjukkan infeksi zombie akan meliputi proporsi yang lebih tinggi dibanding infeksi pada sistem lainnya.

Berita yang agak menyenangkan belakangan ini adalah keberhasilan meredam tingkat infeksi botnet dan pada tahun 2011 akan terus berlanjut, bahkan upaya meredam botnet tersebut akan semakin meningkat. Para analis di Cyber Threat ESET menyebutkan, botnet akan tetap menjadi masalah utama, tetapi diharapkan ke depan, akan semakin banyak pengguna komputer yang menyadari bahwa botnet yang sepertinya kecil, dan jinak juga memiliki ancaman yang membahayakan sebagaimana botnet yang selama ini dikenal. Kesadaran tersebut menjadi

poin penting meskipun botnet yang sebelumnya menyedot perhatian dari para peneliti keamanan dunia maya saat ini sudah mulai dilupakan oleh pembuatnya. Kemunculan Boonana yang menyerupai Koobface dan potensial menginfeksi lebih dari satu OS. Kondisi tersebut memungkinkan lebih banyak malware yang berbasis Java untuk bekerja dengan beberapa platform; contohnya, botnets yang menggunakan zombie dan mampu bekerja di dua OS Windows and non-Windows operating systems. BlackHat SEO (Search Engine Optimization), terkadang tampil sebagai index virus atau index pembajakan, dan peluang blackhats untuk mengoptimalkan cara kerjanya akan semakin terbuka dalam mengendalikan lalu-lintas malware dengan pencarian real time terutama karena penggunaan media jejaring sosial, topik masalah ini telah menjadi materi diskusi utama di Konferensi Virus Buletin 2010. Media jejaring sosial masih akan menjadi salah satu masalah terbesar, tidak hanya pada konteks malware. Sebagian besar malware akan tetap bergentayangan dan menginfeksi melalui jalan yang sama seperti lewat

email, malicious URLs, forum komunitas, newsgroups dengan cara mebujuk calon korban untuk mengklik sesuatu. Salah satu yang mungkin juga akan cukup mengejutkan adalah kerentanan pada .LNK juga akan meningkat dari waktu ke waktu meskipun telah lama berselang sejak kerentanan tersebut di temukan.

Serangan dalam bentuk pencurian data SCADA juga masih akan ada, tetapi kemungkinan akan menggunakan spear-phishing dan malware jejaring sosial atau malah 0-days, dan Trojans daripada me-replikasi malware-malware seperti Win32/Stuxnet. Tetapi sayangnya, kekuatan utama Stuxnet’s sepertinya sudah di lemahkan meskipun Stuxnet code juga bisa dengan mudah beradaptasi untuk menyerang semua instalasi yang tidak berhubungan sehingga bisa dipastikan bahwa penggunaan malware untuk tujuan sabotase masih bersifat spekulatif dan penyelidikan secara aktif masih tetap dilakukan. Tambahan lagi, scrapping tools pada situs-situs jejaring sosial seperti biasa digunakan untuk mencuri data, akan mengurangi beban untuk melakukan serangan spear phishing, yang akan membawa pada serangan-serangan pada target-target strategis lainnya.

“Dengan semakin aktifnya pengguna jejaring sosial di Indonesia, diharapkan setiap pengguna memiliki kesadaran melakukan proteksi account dan komputernya masing-masing. Kebanyakan situs jejaring sosial memberikan tanggung-jawab proteksi data kepada pemilik account. Untuk keamanan komputer, ESET telah mengantisipasi melalui kemampuannya mendeteksi malware dari third party program pada jejaring sosial. Untuk masyarakat Indonesia, ESET Indonesia juga menyediakan blog ESET Indonesia sebagai sarana edukasi publik,” kata Yudhi Kukuh, Security Consultant PT Prosperita-ESET Indonesia. (kps/esy)

Sumber: BPost